Oleh: Nela Vitriani
“Yank, udah makan? Bentar lagi aku jemput ya yank. Aku
kangen nih” kata seorang remaja pria melalui telpon genggamnya yang tengah
mengendarai sepeda motor. Bila diterka umurnya kira-kira masih duduk di bangku Sekolah
Menengah Pertama (SMP).
“Kalau kamu cinta sama aku, buktikan donk!” ungkap seorang
lelaki yang baru beranjak SMA.
“Buktiin dengan cara gimana?” sahut sang pacar.
“Making Love
(ML)” jawabnya singkat.
Ungkapan-ungkapan di atas sudah menjadi hal biasa bagi
remaja saat ini. Usia yang masih tergolong sangat belia namun tindakan dan
pengalaman mereka jauh melebihi orang dewasa. Sungguh miris dan menyedihkan.
Gaya pacaran yang sudah melewati batas syariat menjadi tren dikalangan remaja,
malah sudah menjadi semboyan “Gak
pacaran, gak gaul. Gak pacaran, gak laku!”. Sehingga banyak remaja
terjerumus dalam pengertian “pacaran” yang semakin hari semakin meresahkan para
orang tua. Lagi-lagi, remaja putri yang menjadi korban ketika ‘pacaran’ yang
dilakukan melebihi batas kewajaran dan syariah agama, sehingga berujung pada married by accident.
Menjadi istilah yang dibuat dengan bahasa santun, married by accident yang secara bahasa
diartikan ‘menikah karena kecelakaan’, menjadi ‘tameng’ untuk menutupi aib dan
hal negatif yang dilakukan oleh remaja dalam tingkat usia yang belum matang
untuk menikah. Dalam arti kata, akibat salah kaprah dalam pacaran, melakukan
hubungan seks yang seharusnya dilakukan setelah menikah, malah berujung pada
kehamilan yang tidak diinginkan. Lagi-lagi perempuan menjadi pihak yang
disalahkan, menanggung malu dihadapan masyarakat, dan beban psikologis yang
berkepanjangan. Belum lagi bila diterapkan hukum syariah agama yang berlaku di
bumi Serambi Mekkah, Aceh.
Remaja gemar menggambarkan fenomena cinta yang baru mereka
kenal melalui pergaulan, teman, dan lingkungan tempat mereka beraktivitas.
Perkembangan zaman juga memberikan peluang yang besar untuk mereka mengenal
makna cinta di luar koridor kewajaran. Seperti kemajuan teknologi yang kian
berkembang, digunakan untuk mencari informasi yang berlebihan mengenai hubungan
cinta, media-media yang tidak tersaring, pemahaman remaja yang dangkal, sehingga
berujung pada hubungan seks yang terlarang yang justru membawa dampak atau
pengaruh yang buruk untuk masa depan mereka.
Mental remaja yang ‘galau’ sering kali menjadikan mereka
berfikir singkat mengagungkan kata ‘cinta’ melebihi orang dewasa. Sementara
bimbingan orang tua terkadang lemah dan lepas kendali untuk memantau pergaulan
anak-anaknya. Sibuk dengan pekerjaan, tidak ingin terlalu mengekang anak,
memberikan waktu yang terlalu bebas kepada anak, dan tidak adanya pemahaman
agama yang baik yang dapat diajarkan kepada anak, menjadi faktor terjadinya married by accident. Selain
itu, bagi kebanyakan orang tua, menjelaskan tentang hubungan seks dan akibat
yang ditimbulkan dari seks, menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan kepada
anak-anak mereka, yang justru berakibat fatal kepada remaja karena mendapat
pengetahuan melalui cara dan jalan yang salah.
Pengertian “seks” tidak melulu berujung pada hal yang
tabu, tetapi hal-hal kecil yang dengan mudah dapat saja menjerumuskan remaja,
ada baiknya diberikan pemahaman yang dalam, baik secara psikologis dan juga
pandangan agama. Misalnya menyentuh, mencumbu, memeluk, dan mengungkapkan kata
cinta juga sudah termasuk dalam kategori ‘seks’. Hal ini perlu dilakukan agar
remaja tidak salah dalam bersikap dan bergaul, sehingga jati diri, mental, dan
prestasi mereka tetap terjaga. Apa saja batasan-batasan yang diperbolehkan
agama dalam mengenali dan berhubungan dengan lawan jenisnya, mengapa perlu
adanya batasan, dan apa makna pacaran sesungguhnya? Seharusnya para orang tua
memberikan pengertian kepada anak mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut, tapi
banyak di antara orang tua tak memahami soal ini.
Sekolah menjadi media pembelajaran yang seharusnya dapat
memberikan pemahaman yang baik mengenai ‘seks’. Pelajaran sekolah membahas
sebab dan akibat yang akan ditimbulkan dari hubungan seks, namun jarang sekali
guru membawa hal tersebut kedalam pemahaman yang baik melalui ilmu pengetahuan,
agama dan psikologis. Sebagai contoh, pelajaran mengenai alat reproduksi
manusia dalam mata pelajaran biologi di sekolah dapat diarahkan kepada
pemahanan ilmu dan agama tentang proses penciptaan manusia. Bagaimana manusia
diciptakan oleh Allah swt. hanya dari setetes mani yang hina kemudian menjadi
seorang bayi yang putih tanpa dosa, ayat-ayat Al-qur’an yang menjelaskannya, dan apa dampaknya ketika
manusia itu melanggar dan melakukan hubungan seks diluar syariah. Misalnya,
ketika remaja melakukan hubungan seks bebas kemudian ia hamil, apakah sang
pacar mau bertanggung jawab atas perbuatannya? Atau bagaimana nantinya ketika
kehamilan makin membesar tapi belum ada persiapan untuk menikah? Atau siapkah
jika dikucilkan dan dicemooh oleh masyarakat? Atau bagaimana nantinya nasib si
jabang bayi dengan garis keturunan yang tidak jelas? Atau dengan pertanyaan
yang lebih ekstrim, apakah si jabang bayi akan hidup atau mati? Banyak kasus
yang saat ini ditemui, bayi-bayi yang tanpa dosa dibuang oleh orang tuanya yang
tak bertanggung jawab, ada yang ditemukan warga dalam keadaan hidup bahkan ada
yang ditemukan dalam keadaan meninggal. Semua dapat menjadi pembelajaran yang
baik bagi remaja ketika disertakan pemahaman ilmu pengetahuan dan Al-qur’an dalam
pelajaran tersebut.
Tidak ada yang dapat disalahkan ketika kasus hamil di luar
nikah telah terjadi di saat remaja, orang tua, dan lingkungan sekitarnya tidak
memberi pemahaman tentang batasan dalam pergaulan. Sudah bukan jamannya pacaran
ala free sex yang ujung-ujungnya
membawa kepada perilaku yang buruk. Saatnya merubah pergaulan kembali dalam
syariah yang ditetapkan Tuhan, karena Ia yang menciptakan dan mengetahui jalan
terbaik agar hubungan dan garis keturunan terjaga. Sehingga impian setiap insan
untuk bersatu dengan belahan jiwanya melalui jalan yang mulia dapat terwujud,
menikah atas nama syariah atau married by syariah.
(Tulisan ini pernah terbit di majalah POTRET edisi 62 halaman 16-17, November 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar