Objek Wisata Kota Banda Aceh
Oleh: Nela Vitriani
Banda Aceh
merupakan kota kelahiran saya yang penuh dengan cerita historis maupun
kebudayaan. Namun setelah sekian lama menetap di kota ini, sedikit sekali pengetahuan
saya tentang kota yang ternyata cukup indah dan banyak nilai edukasi yang dapat
diperoleh –menyedihakan memang – namun dalam sebuah kesempatan memberikan saya
peluang untuk jauh mengenal kota bersejarah ini. Saya sendiri takjub bukan kepalang
begitu tau betapa sejarah kota Banda Aceh ini benar-benar mememiliki
nilai-nilai religius, nasionalisme, kemegahan, dan kehidupan sosial yang cukup
tinggi, disamping kebudayaan yang memang berkaitan erat dengan perkembangan
Islam di nanggroe ini. Kesempatan mengikuti
Pelatihan Pemandu Wisata Terpadu Kota Banda Aceh pada tahun 2010 lalu yang
diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh dalam
rangka menyambut program walikota “Banda Aceh Visit Year 2011”, sangat
memberikan wawasan luas bagi saya untuk mengenal kota yang penuh dengan objek
wisata sejarah maupun tsunami yang pernah melanda kota ini pada tahun 2004
silam. Menjadi seorang pemandu wisata (guide) sudah pasti harus mendalami
wawasan mengenai objek wisata yang ada sebelum bertempur di medan laga untuk
memperkenalkan kota ini kepada wisatawan, begitu kan? (hehe). Nah, dalam blog
ini saya akan sedikit berbagi pengetahuan tentang beberapa objek wisata yang
ada di kota Banda Aceh, karena masih banyak juga masyarakat yang ternyata belum
begitu tau mengenai objek-objek wisata di kota ini yang sebenarnya tak hanya
memiliki nilai hiburan –seperti halnya tempat-tempat wisata untuk melepas lelah
dan penat saja – tetapi juga memiliki wawasan edukasi bagi para pengunjung yang
mendatangi lokasi-lokasi ini. Berikut ini paparan mengenai objek wisata di kota
Banda Aceh:
Kota Banda
Aceh merupakan ibu kota Provinsi Aceh, Indonesia yang dahulu bernama Kutaraja.
Sejak 28 Desember 1962 namanya diganti menjadi Banda Aceh. Selain menjadi pusat
pemerintahan, kota ini juga menjadi pusat segala kegiatan ekonomi, politik,
sosial, budaya, dan pariwisata. Pada tanggal 26 Desember 2004, kota ini
mengalami peristiwa dahsyat gelombang pasang Tsunami yang mengakibatkan
kerusakan serius dan menelan banyak korban jiwa. Namun bencana dan tragedi
justru menjadikan kota ini lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia bahkan manca
negara.
Pada tahun
2010, pemerintah kota Banda Aceh mencanangkan program Visit Banda Aceh 2011
dengan tema “A Place Blessed with Natural
Beauty and as a Spiritual Gateway” yang membuka jalur wisata bagi siapa
saja yang ingin mengenal Aceh lebih dekat dengan segala keindahan alam,
sejarah, budaya, dan kehidupan sosial masyarakatnya. Berikut ini merupakan
beberapa objek wisata yang dapat menjadi alternatif pengunjung ketika berwisata
di kota Banda Aceh.
Berikut beberapa objek wisata yang menarik untuk dikunjungi:
Ulee Lheue menjadi salah satu objek
wisata yang memiliki daya pikat tersendiri bagi warga kota Banda Aceh. Objek
wisata ini menjadi sangat terkenal setelah Tsunami melanda Aceh pada tanggal 26
Desember 2004 silam, karena lokasi ini termasuk salah satu lokasi terparah
akibat bencana tersebut. selengkapnya>>>
Museum Tsunami merupakan museum tempat mengenang kembali
peristiwa dahsyat yang pernah melanda Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 silam,
yang kurang lebih menelan korban sebanyak 240.000 jiwa. Museum ini terletak di
Jalan Sultan Iskandar Muda dekat Simpang Jam dan berseberangan dengan Lapangan
Blang Padang kota Banda Aceh. selengkapnya>>>
Gunongan (replika gunung) merupakan situs sejarah yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda untuk permaisurinya yang bernama Puteri Kamaliah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Putroe Phang (puteri yang berasal dari Pahang). Putroe Phang adalah salah satu dari empat isterinya yang sangat dicintai dan disayangi. Sultan Iskandar Muda membangun Gunongan demi memenuhi permintaan istri yang rindu akan kampung halamannya di Pahang-Malaysia yang dikelilingi oleh gunung-gunung. selengkapnya>>>
Di samping Gunongan, terdapat sebuah bangunan
bernama Kandang Gunongan. Bagunan ini merupakan situs peninggalan sejarah yang
dibangun oleh Sultanah Safiatuddin untuk suaminya Iskandar Tsani (1637-1641).
Mulanya Kandang Gunongan ini memiliki banyak ukiran yang berlapiskan emas.
Namun pada masa penjajahan Belanda, emas-emas yang ada di bangunan ini dirampas
dan taman di dalamnya pun turut dirusaknya. selengkapnya>>>
Kerkhof berasal dari bahasa Belanda yang berarti ‘kuburan’, sedangkan Peutjout atau asal kata dari Pocut yang artinya ‘Putra Kesayangan’ Sultan Iskandar Muda yang dihukum mati oleh ayahnya sendiri karena melakukan kesalahan besar dan dimakamkan di tengah areal komplek Kerkhof ini. selengkapnya>>>
Objek Wisata Lonceng Cakra Donya
Lonceng Cakra Donya ini dibuat pada tahun 1400
M, merupakan hadiah dari Kaisar Cina kepada Sultan Aceh dalam rangka mengikat
persahabatan. Lonceng ini berukuran kurang lebih satu setengah meter, sedangkan
tinggi dan lebar mencapai satu meter.
Pada masa kerajaan Aceh, lonceng ini digantungkan pada
pohon kedondong yang sangat besar di dekat makam raja-raja di komplek istana.
Lonceng ini dibunyikan untuk mengumpulkan orang-orang di dalam atau di sekitar
istana untuk suatu pemberitahuan (pengumuman). Menurut cerita, Sultan Iskandar
Muda pernah menggunakannya dalam kapal Cakra Donya (kapal komando) dalam
penyerbuan Portugis di Malaka. selengkapnya>>>