Selamat datang di blog sederhana Nel@vie Online. Mengulas berbagai topik seputar Aceh, berita, wisata, adat, budaya, sejarah, galeri foto dan keindahan dalam sastra dan cerita. Kenali lebih dekat, telusuri lebih dalam, dan maknai dalam kehidupan. Semoga informasi yang tersedia dapat menambah wawasan pembaca.
Selamat Membaca!

Jumat, 30 November 2012

Objek Wisata Lonceng Cakra Donya


Lonceng Cakra Donya ini dibuat pada tahun 1400 M, merupakan hadiah dari Kaisar Cina kepada Sultan Aceh dalam rangka mengikat persahabatan. Lonceng ini berukuran kurang lebih satu setengah meter, sedangkan tinggi dan lebar mencapai satu meter.
Pada masa kerajaan Aceh, lonceng ini digantungkan pada pohon kedondong yang sangat besar di dekat makam raja-raja di komplek istana. Lonceng ini dibunyikan untuk mengumpulkan orang-orang di dalam atau di sekitar istana untuk suatu pemberitahuan (pengumuman). Menurut cerita, Sultan Iskandar Muda pernah menggunakannya dalam kapal Cakra Donya (kapal komando) dalam penyerbuan Portugis di Malaka.
Pada tanggal 2 Desember 1915 yaitu masa Belanda menguasai istana kerajaan, oleh Gubernur H.N.A. Swart (Gubernur Belanda untuk Aceh berkedudukan di pendopo sekarang) menurunkan lonceng tersebut dari pohon kedondong karena dikhawatirkan akan patah dan akan terjadi kerusakan pada lonceng. Sehingga lonceng tersebut diletakkan di atas tanah.

Konon, lonceng tersebut diturunkan oleh masyarakat keturunan Cina, sebab dipercaya memiliki kekuatas magis pada lonceng tersebut. Masyarakat Cina yang menurunkan lonceng itu terlebih dahulu diharuskan meminum arak hingga mabuk. Menurut cerita masyarakat masa lalu, Banda Aceh sempat dilanda banjir besar akibat penurunkan lonceng itu. Pada tanggal 15 Desember 1915, seorang utusan datang menjumpai Gubernur H.N.A. Swart memberitahukan perihal akibat penurunan lonceng yang menyebabkan banjir, sehingga Gubernur Swart memberikan perintah untuk menggantungkan kembali lonceng Cakra Donya di bawah Museum Aceh dan banjir pun kembali reda pada tahun itu. 
Akan tetapi pada tahun berikutnya,banjir kembali melanda. Kembali utusan yang sama datang memberitahukan bahwa peletakkan lonceng masih belum tepat. Ia mengatakan bahwa lonceng hendaknya diletakkan secara terpisah dan tertutup. Gubernur Belanda ini pun menyetujui pendapat tersebut dan membuatkan satu bangunan khusus untuk meletakkan lonceng Cakra Donya seperti yang terlihat saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar