Oleh: Nela Vitriani
Seorang bidadara tengah duduk di sebuah telaga surga. Wajahnya murung tak bergairah. Nafasnya panjang penuh keluh kesah. Memandangi hampa telaga yang terhampar indah di depan mata.
Bidadara lainnya yang tengah melintas di telaga itu pun
menegurnya. Hatinya bertanya-tanya apa gerangan yang membuat saudaranya begitu murung dan
bermuram durja. Maka ia pun menyapa.
Bidadara A : “Assalamualaikum
saudaraku"
Bidadara B : “Wa’alaikumsalam
warahmatullahi wabarakatuh, wahai penghuni surga Allah”
Bidadara A : “Wahai saudaraku,
mengapa engkau terlihat begitu murung dan menyendiri di tepi
telaga ini? Adakah yang sedang engkau pikirkan?”
Bidadara B : “Terimakasih engkau
telah menegur dan menyadarkanku dari lamunan.
Sesungguhnya ada yang mengganjal dalam hatiku sehingga aku merenung untuk memikirkannya”
Bidadara A : “Saudaraku, apa gerangan yang sedang
engkau resahkan itu. Tidakkah engkau dapat
membaginya
denganku sehingga bebanmu dapat terselesaikan”
Sang
bidadara pun kembali terdiam dan melemparkan pandangannya ke arah telaga. Ia
mengajak saudaranya untuk duduk bersama. Dan ia pun mulai menceritakan keluh
kesahnya.
Bidadara B : “Wahai saudaraku yang milik Allah-lah
segenap jiwa, raga, dan kehidupan.
Sesungguhnya
aku dalam keadaan bimbang. Kekasihku di bumi Allah tengah dilanda rasa asmara.
Sungguh, aku merasakan kecemburuan kepada lelaki yang dicintainya. Betapa aku
sangat mengkhawatirkannya bila ia mendekati hal-hal yang dilarang oleh agama”
Bidadara A : “Subhanallah, Allahuakbar!
Sesungguhnya pemilik jiwa dan raga itu hanya Allah semata.
Begitu juga
dengan hati-hati manusia. Kita hanyalah makhluk ciptaan Allah yang nantinya
Allah sediakan bagi manusia kebahagiaan di surga dengan seluruh isinya. Sungguh
kecemburuanmu itu beralasan, namun tidakkah engkau memahami, bahwa segala
ketentuan hanya Allah semata yang menentukan. Namun bila manusia terjerumus ke
dalam hal yang dilarang, maka keputusan dan hukum Allah pasti berlaku
kepadanya”
Bidadara B : “Itulah yang aku bimbangkan. Semoga
Allah selalu melimpahkan kebaikan. Dan aku
hanya mampu
berharap, agar kekasihku di bumi Allah mampu menjaga kesucian dirinya sebagai
wanita mulia di dunia, hingga nantinya aku dapat mempersunting dirinya di
surga”
Bidadara A : “Segala kebesaran hanyalah milik
Allah. Allahuakbar!”
Dan
pembicaraan itu pun berakhir. Kembali para bidadara menyibukkan dirinya dengan
takbir, tasbih, dan tahmid. Tak henti-hentinya mengagungkan kebesaran Sang
Ilahi.
Hari Kedua
Sang
bidadara kembali terduduk murung di tepi telaga. Tak hentinya ia mengucapkan
kalimah istiqfar. Matanya terpejam mengucapkan zikir berulang-ulang. Tanpa
sadar ia pun dikejutkan oleh suara yang menyapanya.
Bidadara A : “Assalamualaikum, saudaraku”
Bidadara B : “Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh”
Bidadara A : “Subhanallah, apakah gerangan yang membawamu kembali
menyendiri di telaga ini,
saudaraku?
Bidadara B : “Allahu Akbar. Sesungguhnya aku kembali dilanda
kebimbangan. Apa yang aku
khawatirkan
kini terjadi di bumi Allah”
Bidadara A : “Hanya pada Allah tempat seluruh makhluk untuk
berlindung. Apakah gerangan
kekhawatiranmu
itu, wahai saudarku?”
Bidadara B : “Wahai hamba Allah yang dimuliakan, bersyukur kita
selalu berada dalam lindungan
Allah dari
hal-hal yang merugikan. Sesungguhnya kekasihku di bumi Allah kini bertambah
dekat dengan lelaki yang ia kagumi. Sungguh kecemburuanku kini semakin menjadi!
Dikala lelaki itu berdekatan dengan kekasihku dan mencumbuinya, padahal ia
belum halal untuknya”
Bidadara A : “Astaqfirullah, Allahu Akbar! Hanya kepada Allah perlindungan
dari segala hal yang
buruk.
Sabarkanlah hatimu wahai saudaraku. Sesungguhnya segala ketentuan Allah
berlaku, dan janji Allah itu pasti. Hanya kepadaNya tempat segala persoalan
kembali”
Pembicaraan
kedua bidadara belum berakhir, namun keduanya dikejutkan dengan gemuruh dan
suara yang menggelegar, mengangetkan seluruh isi penghuni surga.
Bidadara C :
“Allahu Akbar! Allahu Akbar! Sungguh
seluruh penghuni langit dan bumi melaknatnya!
Allahu Akbar!”
Bidadara A : “Wahai saudaraku yang mulia, mengapa engkau beteriak
keras sehingga mengguncang
seluruh isi
penghuni surga ini? Apa gerangan yang membuatmu melaknati penguhuni bumi
Allah?”
Bidadara C :
“Allahu Akbar! Allahu Akbar! Sungguh
seluruh penghuni langit dan bumi melaknatnya!
Allahu Akbar!”
Bidadara B : “Subhanallah. Begitu terlaknatnya ia. Siapakah
gerangan manusia yang engkau
maksudkan itu,
saudaraku?”
Bidadara C :
“Wahai saudaraku seluruh penghuni
surga. Sesungguhnya langit dan bumi telah
melaknatnya.
Ia adalah kekasihku di bumi Allah. Seorang wanita yang ternyata tak mampu
menjaga kesucian dan kemuliaan dirinya. Ia menghancurkan imannya dan merusak akhlaknya,
hanya demi cinta. Yaitu cinta kepada nafsu. Sehingga ia berzina dengan lelaki
yang dicintainya, padahal ia belum halal untuknya. Sungguh terlaknatlah
keduanya”
Bidadara A & B :
“Astaqfirullahal’azim. Sesungguhnya
kepada Allah lah tempat berlindung”
Bidadara B :
“Wahai saudaraku, apakah berita ini
sudah menyebar keseluruh penjuru langit dan
bumi?”
Bidadara C :
“Telah tersebarkan berita ini ke penjuru
langit dan bumi. Sungguh aku tak lagi
merasa
cemburu, namun aku merasa hina. Tak lagi aku medambakan wanita itu untuk
kupersunting saat ia menduduki surga kelak. Sebelum seluruh dosa-dosanya
terampunkan. Dan akulah yang pertama mendoakan agar ia mendapat siksa atas
perbuatan dan perlakuan buruknya. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Sungguh seluruh
penghuni langit dan bumi telah melaknatnya! Allahu Akbar!”
Bidadara A :
“Sesungguhnya kami meng-aminkan
doamu, saudaraku. Seluruh penghuni surga pun
mendengarkan
doamu. Hanya kepada Allah sajalah tempat berlindung. Sesungguhnya janji Allah
kepada manusia itu berlaku”
Bidadara C :
“Akan kukabarkan kepada penghuni
surga lainnya. Hingga seluruh penghuni langit dan
bumi mendengarnya.
Assalamualaikum wahai saudara-saudaraku yang mulia”
Bidadara A & B :
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi
wabarakatuh”
Bidadara A :
“Sesungguhnya amat terlaknatlah
manusia itu”
Bidadara B :
“Itulah yang juga menjadi
kekhawatiranku, bila terjadi pada kekasihku di bumi Allah”
Bidadara A : “Itulah ujian Allah kepada manusia. Nafsu adalah
musuh yang nyata. Bila kekasihmu
mampu menjaga
dirinya, maka surga dan dirimu adalah hak untuknya”
Hari Ketiga
Sang
bidadara tak lagi menghampiri telaga. Namun ia menyeberangi danau surga yang
indah untuk mengunjungi saudaranya. Tak sabar ia untuk menyapa ketika
saudaranya berada di hadapan.
Bidadara B :
“Assalamualaikum. Allahu Akbar,
Allahu Akbar! Subhanallah saudaraku. Sungguh
kudapati
berita yang membahagiakan hatiku”
Bidadara A :
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi
wabarakatuh. Subhanallah, kabar apakah itu wahai
saudaraku yang
mulia? Sungguh pasti kabar ini sangatlah membuatmu bahagia, sampai-sampai tak
sabar engkau ingin menceritakannya kepadaku”
Bidadara B :
“Benar wahai saudaraku. Sungguh di sepertiga
malam syahdu aku mendengar
kekasihku
bermunajat kepada Rabbnya dengan linangan air mata. Ia meminta petunjuk dan
ijinNya, agar dilindungi dari hal-hal yang diharamkan, dan didekatkan kepadanya
pasangan hidup pilihan Tuhannya. Dan ia pun meminta agar dijauhkan dari lelaki yang
bukan pilihan terbaik dari Tuhannya, serta meminta ditentukan segala ketentuan
yang terbaik bagi dirinya. Sesungguhnya aku turut meng-aminkan doa-doanya saat
para malaikat turun mendengarkan zikir dan munajatnya”
Bidadara A :
“Subhanallah walhamdulillah. Bila
hatinya dan akhlaknya terjaga, maka kebaikan akan
selalu
bersamanya. Pastilah seluruh penghuni
langit dan bumi juga akan turut meng-aminkan setiap doa yang dihanturkan,
terlebih di sepertiga malam yang hanya milik Allah dan dirinya”
Di hari
berikutnya…
Kembali
sang bidadara mengunjungi telaga. Ia semaikan bunga-bunga surga. Sambil
tersenyum dan mengucapkan hamdalah. Asma Allah terus saja membasahi lidahnya.
Bidadara A :
“Assalamualaikum, hamba Allah yang
mulia”
Bidadara B :
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi
wabarakatuh”
Bidadara A :
“Mengapa engkau semaikan bunga-bunga
surga ini di telaga? Sungguh aku tidak
mengerti
maknanya”
Bidadara B : “Wahai
saudaraku, sesungguhnya hari ini adalah hari istimewa bagi kekasihku.
Sungguh
ketentuan Allah itu berlaku bagi hamba-hambaNya yang mampu menjaga hati dan
dirinya dari segala hal yang diharamkan. Sungguh aku memiliki rasa cemburu.
Namun cemburu ini kusimpan sebagai tanda ikhlas dan bahagiaku, di saat
kekasihku telah menemukan pasangan hidupnya, dan menjadi halal bagi suaminya. Sungguh
beruntung lelaki itu mendapatkan hati dan dirinya. Kusemaikan bunga-bungan
surga sebagai tanda aku turut mendoakan kebahagiaan mereka”
Bidadara A :
“Subhanallah. Kepada Allah jualah
kembalinya segala persoalan dan ketentuan.
Sungguh bila
Allah telah berkehendak dan menetapkan sesuatu, maka terjadilah ia sesuai
perintah Rabbnya. Maha Besar Allah, yang Maha Mencintai hamba-hamba yang
beriman”
Bidadara B :
“Aku mencemburui lelaki yang menjadi
suaminya. Dan aku akan semakin cemburu saat
ia mampu
membahagiakan kekasihku. Saat ia mampu menghadirkan cahaya Allah dalam
kehidupan rumah tangganya, saat ia menjadi imam dan amir yang bijaksana bagi
dirinya. Sungguh kecemburuanku akan sangat bertambah. Namun selalu akan aku
aminkan setiap doa mereka untuk kebahagian dunia dan akhirat. Namun aku akan
sangat murka kepada lelaki itu, bila ia berlaku buruk terhadapnya,
menyia-nyiakannya, membawanya terjerumus ke dalam kesesatan, dan menjauhkan ia
dari Tuhannya. Maka akan kupintakan keburukan baginya, dan akan ku-aminkan
seluruh laknat untuknya. Sampai ketentuan Allah mengakhirkan seluruh cerita di
dunia”
Bidadara A :
“Sungguh tak hanya engkau yang akan
meng-aminkan. Namun seluruh penjuru langit
dan bumi akan
mendengarkannya”
Bidadara B :
“Bila ternyata lelaki itu adalah
lelaki mulia dan dihalalkan surga baginya, maka sungguh
kurelakan
kekasihku tak akan pernah menjadi milikku di surga, karena ia akan bertemu
suaminya dan hidup bersama dalam cinta dan janji Allah akan bahagia untuk
mereka berdua di dalam surga. Namun bila ternyata lelaki itu bukanlah manusia
yang bertaqwa, maka ia tak akan bertemu dengan istrinya sebelum terhapus
seluruh dosa-dosanya. Dan akulah yang akan merasakan bahagia dapat bertemu
dengan wanita pujaanku itu, dan akan kulayani ia dengan sebaik-baiknya, dan
akan kumuliakan ia bagai permaisuri terindah di dalam surga. Sesungguhnya
segala ketentuan hanyalah milik Allah semata”
Saudara-saudaraku,
semoga makna yang tersurat maupun tersirat di dalam tulisan ini dapat menjadi
renungan, perbaikan diri, dan dapat pula menjadi pembelajaran. Tak hanya bagi
kaum wanita, tetapi juga bagi kaum pria. Penulis pun berharap semoga tulisan
ini bermanfaat bagi pembaca.
Note: Sebenarnya sudah lama
cerita ini ada dalam pikiran, namun baru sekarang tertumpahkan dalam bentuk
tulisan. Tulisan ini murni berasal dari dalam hati dan pikiran penulis,
didukung oleh beberapa literatur dalil-dalil yang pernah dibaca mengenai
kehidupan surga. Namun ini hanyalah berupa sastra yang penulis tuangkan dalam
bentuk cerita.
cieee,,,cieeee,,,mantap nian ne blog nya....terus aj kelola agar up to date...selamat ya...oya...mampir juga ya sesekali ke blog saya...ne alamatnya: www.bunga-kata.blogspot.com
BalasHapusTerimakasih.... :-)
BalasHapus