Selamat datang di blog sederhana Nel@vie Online. Mengulas berbagai topik seputar Aceh, berita, wisata, adat, budaya, sejarah, galeri foto dan keindahan dalam sastra dan cerita. Kenali lebih dekat, telusuri lebih dalam, dan maknai dalam kehidupan. Semoga informasi yang tersedia dapat menambah wawasan pembaca.
Selamat Membaca!

Jumat, 16 Desember 2011

Apa yang Engkau Tabur, Maka Itu yang Akan Kau Tuai

Oleh: Nela Vitriani

   Tuhan Sang Maha Pencipta tidak akan menciptakan sesuatu yang sia-sia. Ia menciptakan daya ‘ingat’,namun Ia pula menciptakan daya ‘lupa’. Bila ‘lupa’ sering dianggap masalah dan hanya menjadi beban dalam kehidupan manusia, karena lupa menjadi penghambat seseorang dalam bertindak, berhubungan dengan orang lain, atau malah membawa masalah dan petaka, maka renungkanlah kembali. Andai Tuhan tak menciptakan lupa, maka engkau akan selalu ingat hal-hal yang bahagia, menyengsarakan, sedih, bahkan hal yang sangat tidak engkau sukai. Ketika engkau kehilangan seseorang yang engkau sayang, tanpa ada ‘lupa’, maka engkau pasti akan terus berada dalam duka. Ketika engkau mendapatkan musibah, kecelakaan, atau bahaya, maka kehidupanmu akan terus menjadi was-was dan tidak tenang karena selalu mengingat musibah dan peristiwa yang terjadi. Namun terkadang memang kita sering mengeluhkan ‘lupa’, saat engkau tanpa sengaja tidak menghadiri pertemuan atau janji dikarenakan lupa, atau orang yang mencintaimu menjadi kecewa karena lupa akan hari jadimu atau hadiah yang seharusnya engkau persembahkan untuknya, atau bahkan engkau lupa meletakkan kunci motor padahal engkau tengah berburu waktu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaanmu saat itu.
      Itu hanya beruba sebagian kecil dari kehidupan mengenai kelupaan. Namun, yang paling sering dilupakan oleh seseorang adalah jasa orang lain terhadap kita, pamrih, bahkan pengorbanan yang pernah diberikan orang lain untuk kita. Mungkin engkau tidak segagah saat ini ketika telah berhasil mendapatkan pekerjaan atau jabatan, dikarenakan sebelum engkau berhasil ada seseorang yang selalu mengingatkan dan menuntunmu untuk berpenampilan lebih baik. Sehingga ketika engkau akan melamar pekerjaan, penampilan yang menjadi faktor penentu menjadikanmu tampak lebih percaya diri dan meyakinkan untuk mendapatkan pekerjaan itu.  Saat engkau dalam keadaan sedih, ada seseorang yang menelponmu untuk memberikan semangat dan menghiburmu hingga engkau dapat tersenyum kembali.  Saat engkau dalam keadaan sulit dan membutuhkan uang, ada seseorang yang rela meminjamkan. Atau hal yang paling kecil dan sederhana saja seperti berikut ini: saat engkau berkeringat, ada seseorang yang membasuh peluhmu dengan tisu atau sapu tangan yang ia sediakan untukmu. Saat engkau tengah lahap menyantap makanan, ada seseorang yang setia menyapukan bekas makanan yang menempel di bibirmu. Itulah yang disebut kasih sayang. Tak hanya kasih sayang yang ditunjukkan oleh pasangan hidup atau orang yang mencintaimu seperti istri/suami, ibu/ayah, kakak/adik, tetapi juga mereka yang menjadi teman dan sahabat yang berada di sekelilingmu, yang peduli akan kesulitanmu, kesedihanmu, dan juga kebahagiaanmu. Haruskah kita melupakan semua itu? Jawabannya tentu saja tidak, namun tak pelak, kita ternyata terlalu sering melupakan hal-hal kecil seperti itu. Sehingga ketika engkau tak lagi merasa membutuhkan mereka yang pernah membagi kasih sayangnya, dengan mudah lontaran kata yang tak menyenangkan engkau ucapkan begitu saja tanpa peduli bagaimana perasaannya ketika mendengarkan kata-kata itu. Ia tak mengharap pamrih atau balasan atas apa yang pernah ia lakukan padamu, namun ia hanya mengharapkan kebahagiaan dalam hidupmu, walau akhirnya engkau mungkin tidak lagi membutuhkan jasa yang sama yang pernah ia berikan, atau bahkan tidak lagi membutuhkan kehadirannya sama sekali. Namun bukanlah hal yang baik ketika engkau membalasnya dengan kata-kata yang tidak menyenangkan, atau bahkan perlakuan yang buruk kepada mereka. Siapa pun dia dan kapan pun itu terjadi. Bisa saja engkau tidak pernah mengingat jasanya lagi. Tapi perlakukan baik terhadap orang lain, sangat dianjurkan dan disunnahkan oleh Rasulullah saw. yang mengajarkan tentang perbaikan akhlak, santun dalam ucapan maupun perbuatan. Karena kita tidak pernah tau, ketika ada seseorang yang ternyata mendoakan untuk kebaikanmu, padahal mungkin engkau tidak mengingatnya, apakah engkau mengenal dia atau tidak, dimana keberadaan ia yang engkau sendiri belum tentu tau, apa yang membuatnya sangat tulus mengirimkan doa untukmu, yang semuanya itu hanya Allah swt. saja yang Maha Tau.

    Ingat-ingatlah kembali, seberapa banyak jasa teman-teman lama, saudara, atau bahkan sahabat-sahabatmu yang pernah mereka berikan kepadamu sejak engkau masih sangat kecil sampai dengan umurmu saat ini. Memang sangat mustahil untuk mengingat ketika seorang teman kecilmu membagikan sepotong kue dari uang jajannya untukmu karena ia merasa iba ketika melihat kuemu direbut oleh teman-teman yang suka menjahilimu. Atau ketika engkau ingin sekali memiliki sepeda untuk bermain, seorang temanmu mau meminjamkannya walau hanya sebentar agar engkau juga dapat merasakan nikmatnya bemain sepeda bersama. Tak akan mungkin kita mampu mengingat hal sedetail itu, karena Allah swt. menciptakan lupa dan ingat dalam kadar yang seimbang.  Namun tak ada salahnya ketika engkau bertemu dengan seseorang, apakah ia berasal dari masa lalumu, masa kini, atau bahkan masa depanmu nanti, berkatalah santun dan perlakukanlah ia dengan baik. Karena ketika engkau melakukan sedikit saja keburukan kepada seseorang, bisa jadi segala kebaikan yang pernah engkau lakukan terhadapnya tidak akan pernah diingatnya, namun secuil keburukan itulah yang terekam baik dalam memorinya. Berhati-hatilah dalam berucap dan berperilaku. Berilah jasa atau kebaikan kepada semua orang yang dapat engkau anggap sebagai balasan jasa yang pernah mereka berikan kepadamu. Walau mungkin perlakuan buruk pernah pula engkau alami, namun janganlah pula engkau balas dengan hal yang serupa.  Ingatlah bahwa setiap amalan yang engkau lakukan di dunia, akan dihisap pada akhir masa, walau sekecil zarrah amalan itu, tetap akan mendapatkan perhitungan. Semoga kita menjadi orang yang mulia dengan menabur banyak kebaikan, sehingga kita pun akan menuai kebaikan pula di dunia maupun akhirat kelak. Menabur kebaikan itu sulit, namun hasil yang akan engkau rasa akan berbuah manis. Kebaikan itu tidak mudah dilakukan karena banyak halangan dan rintangan, bahkan bisa jadi orang lain tidak menanggapinya sama sekali. Namun kebaikan yang engkau tabur atas nama Rabbmu Yang Maha Mengetahui, akan menyamankan hatimu dan membuka tabir terjalinnya hubungan yang baik antar sesamamu. Itulah kasih sayang yang engkau tebar atas nama Tuhanmu. Semoga kita menjadi insan yang mudah menabur kebaikan. Amin ya Rabbal’alamin.

Wallahualambissawab.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca  [^__^]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar