Oleh: Nela Vitriani
Cinta itu bagaikan buah strawberi, kadang manis dan kadang asam. Kadang
indah dipandang, namun kasar saat disentuh. Kepingan hati itu ibarat ranting. Ia
dapat menyangga burung yang bertengger, namun akan patah bila terinjak sang
gajah. Rindu itu bagai rembulan dimalam hari, dinantikan oleh sang jangkrik,
namun hilang saat matahari terbit. Sayang itu bagai angin yang bertiup, ia
dirindukan saat terik menyapa, namun akan bertiup kencang saat badai melanda.
Tak akan indah hidup ini tanpa hadir sang cinta. Namun banyak jua yang
terluka karenanya. Ketika hati terketuk oleh irama, terkadang lantuan syairnya
membawa kita ingin menari. Saat sang bunga tumbuh bermekaran di taman, sang kumbang
akan segera berdatangan. Cinta itu indah bagi mereka yang memuliakannya. Cinta itu
resah bagi mereka yang menghianatinya. Cinta itu berkah saat berselimut dalam
manisnya iman. Cinta itu anugerah saat sajadah menjadi tempat berlabuhnya.
Engkau akan tersenyum saat hati menyentuh cinta. Engkau akan tertawa saat engkau mendekap sang cinta. Engkau akan resah saat akan meninggalkan cinta. Engkau akan sakit saat engkau hilang dari sang cinta.
Menangis, adalah ungkapan cinta. Kepergian bukan arti akhir dari cinta. Perpisahan
bukan berarti kau tak dapat merasakan cinta itu kembali. Ikhlas adalah
kuncinya. Saat cinta itu hadir membukakan pintu hati, maka kau persilahkan ia
untuk masuk. Kau suguhkan sajian istimewa untuknya, kau perlakukan ia layaknya
sang raja, kau manjakan ia dalam tawa, kau belai ia dalam dekapan mesra. Namun
ketika ia hendak pergi, engkau menangisinya. Tak kuasa engkau mengantarkannya
keluar menuju pintu saat pertama ia memasukinya. Ingin kau lepaskan ia hanya
dengan pandangan tanpa perlu berpamitan dengannya. Ingin rasanya kau dobrak
pintu itu dengan kekesalan. Ingin kau buang jauh-jauh kunci yang ada di dalam
genggaman. Hingga sang cinta tak lagi masuk ke dalam pintu yang sama…
Wahai pemilik hati, cinta itu adalah karunia Allah yang dititipkan dalam
hati manusia. Kau rasakan kecewa agar Allah dapat mengajarkanmu untuk setia.
Kau rasakan sedih agar Allah dapat mengajarkanmu cara bahagia. Kau menangis
agar Allah dapat mengajarkanmu cara tertawa. Sang pemilik cinta tetap
memberikan ‘kunci’ ikhlas dalam hatimu agar tetap dapat mengajarkanmu menemukan
cinta yang hakiki dan mulia.
Perlakukanlah cinta dengan bijakasana. Ia akan memberikan keindahan dalam
hatimu dan kedamaian dalam hidupmu. Saat ia hendak pamit bepergian, antarkanlah
ia menuju pintu dimana awal ia memasukinya. Berikan ia senyuman tegar sebelum
ia melangkahkan diri keluar dari pintu hatimu. Sungguhi ia payung rindu agar ia
dapat berteduh dari teriknya matahari atau basahnya hujan. Ucapkan pamit
perpisahan dengan lantunan kata-kata yang indah. Hingga ia siap untuk melangkah
keluar dari pintu hatimu dan antarkan ia dengan pandangan sayang hingga
banyangannya hilang dari hadapan. Lambaikan tangan doamu untuknya agar
kepergiannya membawa ridha Sang Pemilik Cinta. Hingga kau tutup pintu hati itu
kembali dengan kunci keikhlasan dan senyuman yang indah dengan sebuah
pengharapan baru.
Hati hanyalah persinggahan cinta yang bersifat sementara. Namun ia
memiliki tempat istimewa dalam sanubari pemiliknya. Sekeping hati yang tinggal,
menanti sekepingnya lagi yang akan datang. Penantian yang terkadang singkat dan
terkadang panjang, demi menyempurnakannya menjadi sepasang hati yang utuh.
Labuhkanlah sang hati dalam rumah taqwa yang dihiasi dengan indahnya perhiasan
iman dan terbentang taman amalan dengan bunga-bunga ibadah. Hingga si cinta
yang dinanti datang berkunjung memasuki pintu hatimu yang kembali akan engkau
buka dengan ‘kunci’ keikhlasan…
Sesungguhnya Allah swt. berfirman: ”Wanita-wanita yang keji
adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang
baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh
mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).” (QS.
An Nur: 26)
Sudah
menjadi janji Sang Pemilik Cinta bahwa kepingan hati akan hadir mengetuk pintu
hatimu. Bukalah pintu itu dengan keikhlasan, persilahkan ia masuk dengan
senyuman dan doa, layani ia dengan istikharah dan keyakinan, betahkanlah ia
dengan amalan dan ibadah. Bila ia hendak menetap dalan hatimu, maka dzikir dan
ridha Allah menjadi saksinya, dan bila ia hendak pergi dan meninggalkanmu, maka
antarkan ia kembali dengan senyuman dan doa hingga menuju pintu dengan kunci
keikhlasan.
Cinta
bukanlah kebencian, cinta bukan pula rasa dendam. Cinta adalah pembelajaran
untuk mengantarkan diri menuju kesucian dan kebahagiaan. Karena cinta milik
Sang Maha Indah, maka tetapkanlah agar cinta itu menjadi indah. Indah di saat
ia hadir, dan indah di saat ia pergi. Indah di saat ia ingin menetap dalam
rumah hatimu…
Semoga
Allah swt. menganugerahkan cinta yang indah bagimu. Berlandaskan keikhlasan dan
doa, dan dirawat dengan amalan dan ibadah. Hingga membawamu kepada Jannah Sakinah
Mawaddah Warahmah. Amin ya Allah…
Catatan:
Sebutir
syair bermakna sastra yang tertuang, untuk para sahabat yang merindukan cinta
yang indah, cinta yang diridhai Allah, dan cinta yang akan membawa kepada
Jannah (surga). Teruntuk yang mengajarkanku makna cinta dalam keikhlasan dan
senyuman… J
luar biasa sob....
BalasHapuscinta itu memang indah bagi mereka yang memulia kan nya kalau dengar kalimat ini aku ingat perkataan mario teguh
BalasHapusTerimakasih atas komentarnya. Moga saja dapat menjadi inspirasi :)
BalasHapus