Selamat datang di blog sederhana Nel@vie Online. Mengulas berbagai topik seputar Aceh, berita, wisata, adat, budaya, sejarah, galeri foto dan keindahan dalam sastra dan cerita. Kenali lebih dekat, telusuri lebih dalam, dan maknai dalam kehidupan. Semoga informasi yang tersedia dapat menambah wawasan pembaca.
Selamat Membaca!

Minggu, 16 September 2012

Belajar harus ada guru? Siapa bilang!



Oleh: Nela Vitriani


Berawal dari keinginan menjadi seorang penyiar radio pada akhir tahun 2006 di salah satu stasiun radio swasta Nikoya 106 FM Banda Aceh, banyak pelajaran berharga yang saya peroleh. Menjadi seorang penyiar radio, identik dengan gaya dan intonasi suara, pengetahuan tentang musik, berita dan isu yang tengah beredar baik di dunia, nasional, maupun lokal. Tahap demi tahap saya belajar untuk mendalami bidang ini, melalui training olah vocal selama beberapa bulan, belajar mengoperasikan alat dan perangkat siaran, menyaring berita dan informasi untuk melengkapi bahan siaran, hingga belajar bagaimana menguasai sofware audio untuk kebutuhan produksi iklan, drama radio, program, dan sebagainya. Kesemuanya dipelajari secara otodidak (belajar secara mandiri tanpa bimbingan guru atau pengajar khusus).

Kesempatan merupakan waktu terbaik untuk belajar. Tidak perlu harus menunggu ketika atasan menyuruh kita untuk mempelajari sesuatu, atau menunggu saat kita diberikan peluang atau pelatihan secara terbuka oleh instansi, lembaga, atau tempat kita bekerja hanya karena tuntutan pekerjaan yang kita emban. Geluti semua bidang yang kita suka, maka itu akan memberikan nilai yang lebih untuk sebuah keberhasilan.
Sebagai contoh, menjadi seorang penyiar radio tidak hanya monoton bekerja sebagai penyiar (menyuguhan musik terbaik, memberikan informasi kepada audiens, dan bekerja berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan). Dalam dunia penyiaran radio banyak hal yang bisa dipelajari untuk memperluas pengetahuan dan keahlian. Misalnya, mencari informasi secara langsung tentang suatu peristiwa atau kejadian yang bisa disiarkan melalui radio dengan menjadi seorang reporter. Atau mempelajari perangkat pendukung siaran (produksi) untuk menciptakan sebuah program radio yang menarik bagi pendengar dan menjadikan radio tidak hanya sebagai media hiburan semata tetapi juga dapat menjadi sarana edukasi, informasi, penyaluran bakat dan krativitas. Semua itu dapat dipelajari secara mandiri tanpa adanya bimbingan seorang guru, yaitu melalui pengalaman dan kemauan yang kuat untuk sukses.
Banyak yang berpendapat bahwa sulit untuk mempelajari teknologi yang semakin hari semakin berkembang saat ini, misalnya komputer/laptop, hanya karena alasan tidak adanya fasilitas. Awalnya saya sempat berpikir bahwa fasilitas sulit untuk dicari, khususnya bagi kalangan ekonomi rendah, karena mahalnya harga sebuah alat atau fasilitas untuk mendukung pembelajaran. Namun, semua itu bisa ‘diakali’ bila kita telah mempunyai tekat dan kemauan yang kuat untuk belajar dan berusaha. Sebagai contoh, ketika saya masih duduk di bangku SMA, sangat mustahil bagi saya untuk memiliki fasilitas komputer sekedar untuk belajar bagaimana cara mengoperasikannya dan mendukung pembelajaran saya di sekolah. Namun, media internet lebih memikat ketertarikan saya untuk mempelajarinya dengan cara ‘belajar di warnet (warung internet) dan bertanya langsung dengan kasir atau penjaganya’. Tidak perlu merasa canggung, malu, atau segan bertanya ketika tidak mengetahui sesuatu. Seperti kata pepatah malu bertanya sesat di jalan, sangat cocok sekali semboyan tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan. Hingga akhirnya saya mampu menguasai internet (browsing, chatting, membuat email dan website) hanya bermodalkan uang jajan sekolah yang saya gunakan untuk belajar di sebuah warnet. Bahkan dengan mempelajari internet secara tidak langsung saya juga dapat memahami bagaimana mengoperasikan komputer. Tidak ada kata “tidak bisa” untuk sebuah keinginan dan cita-cita. Tidak adanya fasilitas bukan alasan bagi saya untuk tidak bisa belajar. Walau tidak ada guru yang khusus mengajarkannya, namun dengan bertanya menjadi senjata utamanya!
Kesempatan untuk mempelajari komputer secara khusus saya dapatkan ketika adanya sebuah promosi di sebuah lembaga belajar komputer pada bulan Ramadhan dengan harga khusus pada tahun 2002 lalu. Hanya bermodalkan Rp.50.000,- saya sudah mendapatkan paket belajar MS Windows, Word, dan Excel dalam waktu satu bulan. Ini baru dikatakan belajar langsung melalui guru. Pada tahun 2003, fasilitas telah memadai karena saya telah memiliki komputer pribadi, maka proses belajar berlanjut kembali. Kali ini tidak hanya terpaku pada sofware yang pernah dipelajari, keinginan untuk mencoba dan mempelajari hal yang baru membuat saya tertantang mendalami berbagai perangkat untuk beberapa bidang, seperti desain/layout, produksi audio, photograhy, blog (menulis), dan sebagainya. Beruntung telah sedikit memahami dasar dari pengoperasian komputer melalui paket belajar, dan selebihnya didalami melalui praktek, membaca buku-buku yang berhubungan dengan perangkat tersebut, mencari informasi melalui internet, dan tentu saja bertanya kepada yang lebih dahulu memahami atau mengerti dengan perangkat tersebut. Jadi, tidak ada alasan bagi siapa saja untuk tidak belajar, karena belajar merupakan suatu kebutuhan bagi mereka yang mempunyai keingian dan hasrat yang besar untuk mencapai cita-cita.
Awalnya hanya bermula dari keingintahuan, berlanjut kepada hobi, dan akhirnya menjadi sebuah profesi. Segala yang saya pelajari dahulu kini sangat membantu ketika saya terjun ke dunia kerja. Menjadi penyiar radio yang akhirnya merangkap menjadi staff produksi, tidak hanya untuk radio Nikoya tempat saya bekerja tetapi juga radio-radio lain seperti Radio Seulaweut FM dan Radio Mutiara Bernun yang membutuhkan jasa dan tenaga untuk membantu dalam hal tersebut. Hobi photografi dan desain seperti poster, stiker, dan lain-lain, memberikan kesempatan saya untuk menghasilkan karya yang berujung pada penghargaan berupa memperoleh pendapatan. Kegemaran saya menulis yang juga bermodalkan kemampuan berbahasa Inggris membawa saya kepada pengalaman baru menjadi reporter website di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Banda Aceh. Dan kini, kemampuan layouter mengantarkan saya kepada majalah POTRET untuk dapat berkiprah mengolah keahlian tersebut. Tentu saja, pendukung lainnya adalah menyelesaikan studi hingga universitas sebagai kewajiban untuk menuntut ilmu.
Siapa bilang bidang produksi audio, photography dan layouter hanya untuk kalangan laki-laki saja? Perempuan juga mampu mendalami bidang tersebut! Asalkan punya keinginan untuk mencoba, kemauan untuk belajar, dan tekat untuk bisa! Insyaallah semua ada jalan ketika kita mau berusaha. Bahkan dalam Al-quran disebutan kata Iqra’ (bacalah), bacalah dengan nama Tuhanmu, bacalah segala keadaan, bacalah setiap persoalan, bacalah agar kita mau belajar. Tidak penah ada kata terlambat untuk belajar, kapan dan dimana pun kita berada!

(Tulisan ini dimuat dalam majalah POTRET edisi 61 halaman 28 dan 29)

3 komentar:

  1. hehe bener bangetz sob..Bruce lee aja hanya berguru dengan buku...so dia bs menjadi kungfu terhebat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang penting ada kemauan dan tekad, disertai doa sebagai penguat. Insyaallah bisa...

      Hapus
  2. Yupz, belajar di manapun. kapan pun jua :)

    BalasHapus