Oleh: Nela Vitriani
Kesempatan merupakan waktu
terbaik untuk belajar. Tidak perlu harus menunggu ketika atasan menyuruh kita untuk mempelajari sesuatu, atau menunggu
saat kita diberikan peluang atau
pelatihan secara
terbuka oleh instansi, lembaga, atau tempat kita bekerja hanya karena tuntutan
pekerjaan yang kita emban. Geluti semua bidang yang kita suka, maka itu akan
memberikan nilai yang lebih untuk sebuah keberhasilan.
Sebagai contoh, menjadi seorang
penyiar radio tidak hanya monoton bekerja sebagai penyiar (menyuguhan musik
terbaik, memberikan informasi kepada audiens, dan bekerja berdasarkan jadwal
yang telah ditetapkan). Dalam dunia penyiaran radio banyak hal yang bisa dipelajari
untuk memperluas pengetahuan dan keahlian. Misalnya, mencari informasi secara
langsung tentang suatu peristiwa atau kejadian yang bisa disiarkan melalui
radio dengan menjadi seorang reporter. Atau mempelajari perangkat pendukung
siaran (produksi) untuk menciptakan sebuah program
radio yang menarik bagi pendengar dan menjadikan radio tidak hanya sebagai media
hiburan semata tetapi juga dapat menjadi sarana edukasi, informasi, penyaluran
bakat dan krativitas. Semua itu dapat dipelajari secara mandiri tanpa adanya bimbingan
seorang guru, yaitu melalui pengalaman dan kemauan yang kuat
untuk sukses.
Banyak yang berpendapat bahwa
sulit untuk mempelajari teknologi yang semakin hari semakin berkembang saat
ini, misalnya komputer/laptop, hanya karena alasan tidak adanya fasilitas. Awalnya
saya sempat berpikir bahwa fasilitas sulit untuk dicari, khususnya bagi
kalangan ekonomi rendah, karena mahalnya harga sebuah alat atau fasilitas untuk mendukung pembelajaran.
Namun, semua itu bisa ‘diakali’ bila kita telah mempunyai tekat dan kemauan
yang kuat untuk belajar dan berusaha. Sebagai contoh, ketika saya masih duduk
di bangku SMA, sangat mustahil bagi saya untuk memiliki fasilitas komputer
sekedar untuk belajar bagaimana cara mengoperasikannya dan mendukung pembelajaran
saya di sekolah. Namun, media internet
lebih memikat ketertarikan saya untuk mempelajarinya dengan cara ‘belajar di
warnet (warung internet) dan bertanya langsung dengan kasir atau penjaganya’.
Tidak perlu merasa canggung, malu, atau segan bertanya ketika tidak mengetahui
sesuatu. Seperti kata pepatah malu
bertanya sesat di jalan, sangat cocok sekali semboyan tersebut untuk
diterapkan dalam kehidupan. Hingga akhirnya saya mampu menguasai internet
(browsing, chatting, membuat email dan website)
hanya bermodalkan uang jajan sekolah yang saya gunakan untuk belajar di sebuah
warnet. Bahkan dengan mempelajari internet secara tidak langsung saya juga
dapat memahami bagaimana mengoperasikan komputer. Tidak ada kata “tidak bisa”
untuk sebuah keinginan dan cita-cita. Tidak adanya fasilitas bukan alasan bagi
saya untuk tidak bisa belajar. Walau tidak ada guru yang khusus mengajarkannya,
namun dengan bertanya menjadi senjata utamanya!
Kesempatan untuk mempelajari
komputer secara khusus saya dapatkan ketika adanya sebuah promosi di sebuah
lembaga belajar komputer pada bulan Ramadhan dengan harga khusus pada tahun 2002 lalu. Hanya bermodalkan Rp.50.000,- saya sudah
mendapatkan paket belajar MS Windows, Word, dan Excel dalam waktu satu bulan.
Ini baru dikatakan belajar langsung melalui guru. Pada tahun 2003, fasilitas telah memadai karena saya telah memiliki komputer pribadi, maka proses belajar berlanjut kembali.
Kali ini tidak hanya terpaku pada sofware yang pernah dipelajari, keinginan
untuk mencoba dan mempelajari hal yang baru membuat saya tertantang mendalami berbagai
perangkat untuk beberapa bidang, seperti desain/layout, produksi audio,
photograhy, blog (menulis), dan sebagainya. Beruntung telah sedikit memahami
dasar dari pengoperasian komputer melalui paket belajar, dan selebihnya
didalami melalui praktek, membaca buku-buku yang berhubungan dengan perangkat
tersebut, mencari informasi melalui internet, dan tentu saja bertanya kepada
yang lebih dahulu memahami atau mengerti dengan perangkat tersebut. Jadi, tidak
ada alasan bagi siapa saja untuk tidak belajar, karena belajar merupakan suatu
kebutuhan bagi mereka yang mempunyai keingian dan hasrat yang besar untuk
mencapai cita-cita.
Awalnya hanya bermula dari
keingintahuan, berlanjut kepada hobi, dan akhirnya menjadi sebuah profesi. Segala
yang saya pelajari dahulu kini sangat membantu ketika saya terjun ke dunia kerja. Menjadi penyiar radio yang akhirnya
merangkap menjadi staff produksi, tidak hanya untuk radio Nikoya tempat saya bekerja tetapi juga radio-radio lain seperti Radio Seulaweut FM dan Radio
Mutiara Bernun yang
membutuhkan jasa dan tenaga untuk membantu dalam hal tersebut. Hobi photografi
dan desain seperti poster,
stiker, dan lain-lain, memberikan kesempatan saya untuk menghasilkan karya yang berujung pada
penghargaan berupa memperoleh pendapatan. Kegemaran saya menulis yang juga bermodalkan kemampuan berbahasa
Inggris membawa saya
kepada pengalaman baru menjadi
reporter website di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Banda
Aceh. Dan kini, kemampuan layouter mengantarkan saya kepada majalah POTRET
untuk dapat berkiprah mengolah keahlian tersebut. Tentu saja, pendukung lainnya
adalah menyelesaikan studi hingga universitas sebagai kewajiban untuk menuntut
ilmu.
Siapa bilang bidang produksi
audio, photography dan layouter hanya untuk kalangan
laki-laki saja? Perempuan juga mampu mendalami bidang tersebut! Asalkan punya
keinginan untuk mencoba, kemauan untuk belajar, dan tekat untuk bisa!
Insyaallah semua ada jalan ketika kita mau berusaha. Bahkan dalam Al-quran
disebutan kata Iqra’ (bacalah),
bacalah dengan nama Tuhanmu, bacalah segala keadaan, bacalah setiap persoalan,
bacalah agar kita mau belajar. Tidak penah ada kata terlambat untuk belajar, kapan dan dimana pun kita berada!
(Tulisan ini dimuat
dalam majalah POTRET edisi 61 halaman 28 dan 29)
hehe bener bangetz sob..Bruce lee aja hanya berguru dengan buku...so dia bs menjadi kungfu terhebat
BalasHapusYang penting ada kemauan dan tekad, disertai doa sebagai penguat. Insyaallah bisa...
HapusYupz, belajar di manapun. kapan pun jua :)
BalasHapus