Selamat datang di blog sederhana Nel@vie Online. Mengulas berbagai topik seputar Aceh, berita, wisata, adat, budaya, sejarah, galeri foto dan keindahan dalam sastra dan cerita. Kenali lebih dekat, telusuri lebih dalam, dan maknai dalam kehidupan. Semoga informasi yang tersedia dapat menambah wawasan pembaca.
Selamat Membaca!

Sabtu, 17 September 2011

Monument RI 001 di Blang Padang Banda Aceh

(Sejarah Garuda Indonesia)

Sejak saya masih kecil, Lapangan Blang Padang menjadi objek wisata yang cukup menarik bagi masyarakat Aceh. Lapangan ini sering dimanfaatkan untuk menggelar berbagai acara, seperti upacara hari besar nasional, Pameran 17 Agustus, aneka perlombaan, pawai nasional dan daerah, sampai dengan taman bermain sementara. Yang menarik perhatian saya sejak kecil adalah adanya sebuah replika pesawat yang berada di salah satu sudut lapangan Blang Padang ini. Pesawat ini menjadi kebanggan masyarakat Aceh, dan setiap warga Aceh yang datang dari luar kota Banda Aceh selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi lapangan Blang Padang untuk melihat replika pesawat tersebut dan mengabadikannya melalui foto. Sama seperti pengalaman saya sewaktu masih kecil, ketika pawai anak-anak dalam rangka memperingati hari besar nasional 17 Agustus, banyak masyarakat yang berkerumun di bawah replika pesawat ini. Bahkan banyak fotografer yang menawarkan untuk berfoto di replika pesawat tersebut. Melalui rasa penasaran inilah, saya ingin mencari informasi mengenai sejarah pesawat RI 001 yang menjadi kebanggan masyarakat Aceh ini. Anehnya, ketika saya menanyakan kepada beberapa orang, baik orang yang dituakan, saudara, maupun teman, tak ada yang tau pasti mengenai sejarah Pesawat RI 001 yang kini replikanya masih saja berdiri kokoh di Lapangan Blang Padang Banda Aceh. Hingga satu ketika, saya menemukan sejarah ini melalui sebuah majalah Garuda Indonesia, yang ternyata penerbangan Indonesia yang berkembang hingga saat ini bermula dari sejarah pesawat RI 001 ini. Berikut ini saya ingin berbagi sejarah pesawat RI 001:
          Pada tahun 1948, guna menunjang mobilitas pemimpin pemerintahan, Presiden Soekarno menghimbau kepada pengusaha dan rakyat Aceh untuk menghimpun dana guna pembelian pesawat terbang. Terkumpulah dana tersebut untuk membeli pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota yang kemudian diberikan registrasi RI-001 dengan nama “Seulawah” yang artinya ‘Gunung Emas’. Ini karena rakyat Aceh menyumbangkan banyak emas guna menyumbangkan dana untuk membeli pesawat tersebut, yang pada masa itu kira-kira mencapai 25 kg emas atau setara US$ 120.000.
Karena jadwal penerbangan yang cukup padat, maka pesawat RI-001 harus menjalani perawatan di luar negeri, dan tanggal 7 Desember 1948 pesawat RI-001 mendarat di Calcuta untuk memulai perawatan. Namun, ketika sedang menjalani perawatan di India, pada tanggal 19 Desember 1948 tentara belanda melancarkan Agresi Militer kedua, sehingga setelah perawatan selesai, pesawat RI-001 tidak dapat kembali ke Indonesia.

Monument Pesawat RI 001 di Lapangan Blanng Padang, Banda Aceh. (Foto: Nelavie/2011)

Pada saat yang bersamaan, pemerintah Burma tengah membutuhkan angkutan udara. Guna mencari dana bagi keberadaan para awak pesawat, maka diputuskan RI-001 disewakan kepada pemerintah Burma. Akhirnya, pada tanggal 26 Januari 1949 pesawat RI-001 tersebut diterbangkan dari Calcuta ke Rangoon dan diberikan nama “Indonesian Airways”.
Adapun nama “Garuda” diberikan oleh Soekarno sendiri yang mengutip sajak Bahasa Belanda gubahan pujangga terkenal pada saat itu, Noto Soeroto. Sajak tersebut berbunyi: “Ik ben Garuda, Vishno’e vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw einladen”, yang artinya ‘Aku adalah Garuda, burung milik Wishnu yang membentang sayapnya menjulang tinggi di atas kepulauanmu’.
Tanggal 28 Desember 1949, pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota PK-DPD sudah dicat dengan logo “Garuda Indonesian Airways” terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Ini merupakan penerbangan pertama kali dengan nama “Garuda Indonesian Airways”.

(Sumber: Majalah Garuda Indonesia edisi Oktober 2010, hal 159 dan brosur Disbudpar Provinsi Aceh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar