Oleh: Nela Vitriani
Tanggal 11 Maret 2013, cuaca cukup cerah saat itu. Aku menjalani tugasku seperti biasa, menjadi pemandu (guide) di Museum Tsunami Aceh. Walau masih tergolong baru dalam menjalani pekerjaanku ini, aku sangat menikmatinya dan terus berusaha memberikan pelayanan yang terbaik untuk publik. Dan tak disangka, kami bertemu dengan tim 'Jalan-Jalan Men' yang ingin meliput khusus tentang Museum Tsunami Aceh.
Setelah mengisi buku tamu yang tersedia, tim 'Jalan-Jalan Men' mulai menelusuri setiap ruangan di Museum Tsunami Aceh yang dipandu secara khusus oleh Manager Operational, Rio Syahputra, ST. Aku hanya mendampingi teman-teman untuk juga memberikan sedikit penjelasan tentang filosofi setiap ruangan di Museum Tsunami.
Bersama mbak Vesta, kami berbincang banyak tentang program yang tengah mereka garap. Menurutnya, meliput khusus tentang program jalan-jalan itu asik, apalagi tidak terikat oleh prosedur dan waktu ketika mereka harus meliput dan memproduksi sebuah program, karena mereka tidak bekerja untuk sebuah instansi khusus seperti stasiun televisi swasta maupun negeri.
"Belum lagi kalo kita bekerja di stasiun televisi, kita harus memperhatikan banget etika penyiaran dan sebagainya. Ribet banget. Tapi kalo kita sih cukup tayang di Youtube, seluruh dunia bisa nonton dan ngeliat kita. So, buat kita bisa lebih kreatif dan gak terikat peraturan" kata mbak Vesta.
Di sela-sela shooting, aku pun sempat berbicara dengan Petra, si tokoh utama dalam video ini (-hihihi-). Orangnya asik dan kreatif, lagu-lagu yang ia nyanyikan keluar begitu saja tanpa skrip atau pun ditulis secara khusus. Begitu tiba di lantai atap gedung Museum Tsunami Aceh, idenya untuk meciptakan sebuah lagu mengalir begitu saja melalui petikan gitar kecilnya. Banyak hal yang ia lihat dan rasakan ketika memasuki ruangan demi ruangan Museum Tsunami Aceh dengan beragam filosofi, cerita, dan hikmah atau pembelajaran yang bisa diperoleh dari tragedi Tsunami yang pernah menimpa Aceh pada 26 Desember 2004 silam yang menelan kurang lebih 240.000 jiwa. Hal inilah yang membuatnya terasa 'tersentuh' dengan Aceh dan kesan yang ia dapat.
Liputan yang kratif dan unik oleh tim 'Jalan-Jalan Men' yang baru-baru ini dipublish di bulan Juni 2013 dapat disaksikan melalui video berikut ini:
Nantikan juga versi berikutnya tentang Pulau Weh, Sabang. ^_^